laporan praktikum satuan operasi "teknologi industri pertanian universitas jember" : SEDIMENTASI


BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam pengolahan bahan pangan dilakukan berbagai macam sistem operasi, yang masing-masing sistem memiliki peranan dan fungsi tersendiri bagi pengendalian mutu produk. Salah satu sistem operasi yang penting yaitu pemisahan mekanis yang mekanis dapat diakukan dengan cara sedimentasi (pengendapan), sentrifugsasi (pemusingan), filtrasi (penyaringan) dan lain sebagainya.
Sedimentasi merupakan salah satu cara pemisahan antara komponen atau partikel berdasarkan perbedaan densitasnya melalui medium alir. Oleh karena itu, biasanya pemisahan tersebut berlangsung lama, terutama jika perbedaan densitas antar komponen tersebut tidak berbeda jauh. Dalam praktek, sedimentasi dapat dilakukan secara batch (terputus-putus untuk setiap satuan volume atau berat bahan yang akan dipisahkan per satuan waktu) atau secara kontinyu (terus menerus).
Proses sedimentasi ini banyak digunakan pada proses pemisahan kimia, metalurgi, maupun pada proses – proses pengurangan polusi dari air limbah industri. Di dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai proses sedimentasi (pengendapan) yang diterapkan pada proses pengolahan air minum. Dimana air yang berasal dari sumber air sebelum langsung digunakan, air tersebut terlebih dahulu ditampung untuk disaring dan untuk mengendapkan partikel-partikel yang masih ada dalam air. Biasanya keberadaan partikel-partikel tersebut dapat menurunkan tingkat kebersihan dari air tersebut.
Dari percobaan ini dilakukan pengamatan pada suspensi bubuk jagung dan  kacang hijau dengan berbagai ukuran partikel untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sedimentasi dan diharapkan dapat memahami konsep sedimentasi dan mampu menerapkannya dalam bidang industri teknologi pertanian.

1.2  Tujuan
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah untuk menentukan kecepatan sedimentasi suatu suspensi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sedimentasi
   Menurut Earle (1982), dalam pengolahan bahan pangan dilakukan berbagai macam sistem operasi, yang masing-masing sistem memiliki peranan dan fungsi tersendiri bagi pengendalian mutu produk. Salah satu sistem operasi yang penting yaitu sedimentasi, yaitu teknik pemisahan suspensi berdasarkan perbedaan densitasnya melalui suatu medium alir. Sedimentasi (pengendapan) mempergunakan gaya gravitasi atau gaya sentrifugal untuk memisahkan partikel dari aliran bahan cair. Partikel biasanya bahan padat, dimana bahan padat akan mengendap didalam bahan cair yang kerapatannya lebih kecil daripada kerapatan bahan padat tersebut.
Untuk mempercepat proses sedimentasi dapat digunakan gaya sentrifugal. Dengan metode ini terutama campuran cair/padat dan cair/cair dapat dipisahkan, dibandingkan dengan metode yang menggunakan gaya berat, kecepatan pengendapan dengan gaya sentrifugal jauh lebih baik. Untuk meningkatkan laju pengendapan, gaya gravitasi yang bekerja pada partikel itu dapat digantikan dengan gaya sentrifugal. Dalam operasi produksi, separator sentrifugal sudah banyak menggantikan separator gravitasi karena separator sentrifugal itu jauh lebih efektif dengan partikel dan tetesan halus, disamping volumenya yang jauh lebih kecil untuk kapasitas tertentu (Bernasconi, 1995).
Pada suatu proses sedimentasi, data hubungan waktu pengendapan (t) dengan tinggi endapan (Z) dapat diubah kedalam bentuk persamaan matematika. Penentuan bentuk persamaan pada umumnya dilakukan dengan cara linierisasi hubungan kurva. Cara linearisasi hubungan kurva banyak digunakan untuk menentukan persamaan empiris (Setiyadi, 2013).

2.2 Pengertian Bahan
2.2.1 Jagung
Biji jagung merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan berat rata-rata 250-300 mg. biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar yang merupakan hasil pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung diklasifikasikan sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur embrio yang sempurna. Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru untuk pertumbuhan dan perkembangan menjadi tanaman jagung (Johnson, 1991).
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa. Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak (Tjitrosoepomo, 1991).
Untuk mengetahui kandungan zat gizi tiap 100 gram biji jagung dapat dilihat pada tabel 1 (Nuning, A et al, 2012).
Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Biji Jagung Tiap 100 gram.
Kandungan
Jumlah
Energi
129 kal
Air
63,5 gr
Protein
4,1 gr
Lemak
1,3 gr
Karbohidrat
30,3 gr
Serat
2,9 gr
Kalsium
5 gr
Fosfor
108 mg
Zat Besi
1,1 mg
Vitamin A
117 IU
Vitamin B1
0,18 mg
Vitamin C
9 mg
(Nuning, A et al, 2012).
2.2.2 Kacang Hijau
            Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek kurang lebih 60 hari. Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau golden gram. Tanaman kacang hijau merupakan tanaman yang tumbuh hampir di seluruh tempat di Indonesia , baik di dataran rendah hingga daerah dengan ketinggian 500 meter dari permukaan laut (Astawan, 2005)
Biji kacang hijau lebih kecil bila dibanding dengan biji kacang-kacangan lain. Biji kacang hijau terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kulit biji (10%), kotiledon (88%) dan lembaga (2%). Pada bagian kulit biji kacang hijau mengandung mineral antara lain phospor (P), kalsium (Ca) dan besi (Fe). Kotiledon banyak mengandung pati dan serat, sedangkan lembaga merupakan sumber protein dan lemak. Warna bijinya umumnya hijau kusam, beberapa ada yang berwarna kuning, coklat dan hitam. (Purwono, 2012).
Untuk mengetahui kandungan zat gizi tiap 100 gram kacang hijau dapat dilihat pada tabel 2 (Purwono, 2012).
Tabel 2. Kandungan Zat Gizi Kacang Hijau tiap 100 gram.
Kandungan
Jumlah
Energi
345 kal
Air
10 gr
Protein
22,2 gr
Lemak
1,2 gr
Karbohidrat
62,9 gr
Serat
4,1 gr
Kalsium
125 mg
Fosfor
320 mg
Zat Besi
6,7 mg
Vitamin A
157 IU
Vitamin B1
0,64 mg
Vitamin C
6,0 mg
(Purwono, 2012).
2.2.3 Air
Air adalah suatu senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumusan kimia H2O yang berikatan secara kovalen, ikatan ini terbentuk akibat dari terikatnya electron secara bersama. Berdasarkan sifat fisiknya (secara fisika) terdapat tiga macam bentuk air, yaitu air sebagai benda cair, air sebagai benda padat, dan air sebagai benda gas atau uap (Suryanta,2012). Air berubah dari suatu bentuk kebentuk yang lainnya tergantung pada waktu dan tempat serta temperaturnya. Pemakaian air secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu air untuk keperluan irigasi, air untuk keperluan pembangkit energi, air untuk keperluan industri dan air untuk keperluan publik. (Achmad, 2011).
Berikut merupakan sifat fisik dan sifat kimia air menurut sciencelab, msds:
-   Bentuk fisik Liquid/cair
-   Tidak berbau
-   Memiliki berat molekul 18.02 gr/mol
-   Tidak berwarna
-   pH netral yaitu 7
-   memiliki titik didih 100oC (212oF)
-   specific gravity 1
-   Berat jenis Uap 0.62 pada tekanan 1 atm
-   Tekanan uap 2.3 kPa pada kondisi suhu 20oC (Aziz, 2013)

2.3 Pengertian Hindered Settling, Free Settling dan Hukum Stokes
Menurut Gould (1996), berdasarkan ada tidaknya pengaruh terhadap jatuhnya suatu partikel yang akan mengendap, proses sedimentasi terbagi menjadi dua yaitu :
a.       Free Settling
Peristiwa ini terjadi jika jumlah partikel dalam pengendapan cukup sedikit, partikel cukup jauh dari dinding dan jarak antara partikel satu dengan partikel yang lain cukup jauh, sehingga jatuhnya partikel dalam suatu fluida tidak dipengaruhi oleh dinding dan faktor benturan dengan partikel lain, maka laju pengendapan akan semakin cepat
b.      Hindered settling
Hindered terjadi apabila konsentrasi padatan itu tinggi, maka pertikel tidak dapat mengendap secara bebas, karena aliran pertikel yang satu akan mempengaruhi aliran disekitar partikel yang lain karena jumlah partikel cukup banyak, maka partikel yang satu dengan partikel yang lain akan saling berdesakan, sehingga kecepatan pengendapan partikel akan semakain kecil. Dalam pengamatan di laboratorium, kondisi seperti ini dapat terjadi jika digunakan peralatan dengan diameter kecil, maka partikel yang mengendap tersebut dipengaruhi oleh halangan (hindered)
Hukum Stokes menyatakan bahwa apabila sebuah benda bergerak dengan kecepatan (v) dalam suatu fluida dengan nilai koefisien viskositas tertentu, benda tersebut akan mengalami gaya gesek fluida yang disebut gaya stokes (Fs). Nilai k merupakan konstanta yang bergantung terhadap bentuk geometri benda. Menurut Sir George Stokes benda dengan bentuk geometris berupa bola memiliki nilai k sebesar 6πr. Ketika bola bergerak dalam fluida yang diam, gaya-gaya yang bekerja pada bola adalah gaya berat (w), gaya apung (Fa) dan gaya gesek akibat viskositas fluida disebut gaya stokes (Fs). Bola mula-mula mendapat percepatan gravitasi. Saat setelah bergerak cukup jauh, bola akan bergerak dengan kecepatan tetap atau kecepatan akhir ini disebut kecepatan terminal yaitu pada saat gaya berat bola sama dengan gaya apung ditambah gaya gesek cairan atau gaya stokes (Putri dkk, 2013).
2.4 Macam-macam Aliran
Menurut Fox (1995) Bilangan Reynolds merupakan bilangan yang tak berdimensi yang dapat membedakan suatu aliran laminer, transisi dan turbulen.
V = kecepatan fluida (m/s)          D = diameter dalam pipa (m)
ρ =rapat massa fluida (kg/m3)      µ = viskositas dinamik fluida (kg/ms)
atau (N.s/m2 )
a)      Aliran Laminar
Aliran laminar didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan–lapisan atau lamina–lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Aliran laminar ini mempunyai nilai bilangan Reynoldsnya kurang dari 2300 (Re < 2300).
b)      Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer ke aliran turbulen. Keadaan peralihan ini tergantung pada viskositas fluida, kecepatan dan lain-lain yang menyangkut geometri aliran dimana nilai bilangan Reynoldsnya antara 2300 sampai dengan 4000 (2300<Re)
c)      Aliran Turbulen
Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana pergerakan dari partikel-partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida ke bagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dimana nilai bilangan Renoldsnya lebih besar dari 4000 (Re>4000).

BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1.  Neraca \Analitik
2.  Kertas
3.  Gelas ukur 100ml
4.  Beaker Glass 250 ml
5.  Spatula
3.1.2 Bahan
1. Jagung
2. Kacang Hijau
3. Air


3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Skema Kerja
Oval: Air, bubuk jagung atau kacang kedelai
Text Box: Penimbangan bahan 9 gram
Text Box: Pemasukan air 90 ml dalam gelas ukur 100ml
Text Box: Penambahan bahan
Text Box: Pengocokan
Text Box: Pengamatan pertambahan volume suspensi
Text Box: Pengocokan
Text Box: Pengamatan waktu pengendapan hingga mencapai 10ml
dan perhitungan densitas partikel

3.2.2 Fungsi Perlakuan
Pada praktikum sedimentasi, dibutuhkan bahan degan ukuran yang berbeda-beda yang bertujuan untuk mendapatkan pengaruh ukuran bahan dengan kecepatan sedimentasi. Bahan yang digunakan adalah serbuk jagung dan serbuk kacang hijau dengan variasi ukuran 30 mesh, -30+60 mesh dan 60 mesh.
            Perlakuan yang pertama kali dilakukan adalah menimbang masing-masing bahan sebanyak 9 gram menggunakan neraca analitik, tujuan penimbangan bahan untuk mengetahui massa atau berat dari bahan. Lalu disiapkan gelas ukur yang diberi air sebanyak 90 ml sebanyak 3 buah. Volume air harus dihitung menggunakan skala miniskus untuk mendapat volume yang tepat, volume air ini digunakan sebagai volume air awal. Kemudian bahan yang telah ditimbang, dimasukkan ke masing-masing gelas ukur dan diamati volume pertambahan nya, volume ini digunakan sebagai volume air akhir. Setelah itu dilakukan pengocokan terhadap masing-masing gelas ukur, pengocokan dilakukan menggunakan dua tangan dengan hati-hati. Ketika peletakan gelas ukur, dihitung waktu pengendapan sampai 10ml pada masing-masing gelas ukur. Waktu yang didapatkan digunakan sebagai waktu pengendapan. Perlakuan yang terakhir adalah perhitungan densitas partikel dan kecepatan sedimentasi dengan menggunakan data yang telah diperoleh.


BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Ukuran Pengayakan Terhadap Sedimentasi
Dari praktikum sedimentasi, praktikan diminta untuk menghitung kecepatan sedimentasi dan menentukan jenis aliran fluida dari bahan / sample. Bahan yang digunakan memiliki ukuran yang bervariasi yaitu bahan yang lolos pengayakan 30 mesh, -30+60 mesh dan 60 mesh. Untuk menghitung density masing-masing ukuran, menggunakan rumus:
Density =   Massa (kg)     
                            Volume (m3)
Untuk mengitung kecepatan, bilangan reynold dan koefisien drag sedimentasi pada aliran laminer menggunakan rumus:
vt = g D2 (ρp-ρ)           NRe =  ρ D Vt                         Cd =    24    .
                        18 μ                                 μ                              NRe
Untuk mengitung kecepatan, bilangan reynold dan koefisien drag sedimentasi pada aliran transisi menggunakan rumus:
vt =       NRe =  ρ D Vt                         Cd =      24    .
                                        μ                              NRe +3
Untuk mengitung kecepatan, bilangan reynold dan koefisien drag sedimentasi pada aliran turbulance menggunakan rumus:
vt =       NRe =  ρ D Vt                         Cd =  0,4
                                        μ                             
Dimana ; D : Diameter bahan (m)
               g  : gravitasi (9,8 m/s2)
              ρp : densitas bahan (kg/m3)
                ρ : densitas air ( 997 kg/m3)
                μ : 0,9142 x 10-3
Untuk menentukan jenis aliran fluida tergantung pada bilangan Reynold :
-          Bila NRe < 1 maka aliran laminer
-          Bila NRe = 1 – 104 maka aliran transisi
-          Bila NRe  > 104 maka aliran turbulance

a.       Serbuk Jagung
Bahan pertama yang diuji adalah serbuk jagung dengan ukuran pengayakan bervariasi yaitu 30 mesh, -30+60 mesh dan 60 mesh. Berdasarkan tabel Tyler Screens, dapat dihitung diameter (D) dari masing-masing ukuran dan didapatkan diameter secara berurutan yaitu 0.542 x 10-3 m, 0.395 x 10-3 m dan 0.248 x 10-3 m. Bahan yang digunakan memiliki massa (m) seberat 9 gram atau 9 x 10-3 kg dan volume (v) secara berurutan yaitu  6.5 x 10-6 m3, 6.5 x 10-6 m3 dan 6.5 x 10-6 m3 sehingga dari data tersebut dapat digunakan untuk menghitung densitas (ρp) masing-masing ukuran bahan dan didapatkan hasil sama yaitu 1384 kg/ m3. Setelah diketahui densitas masing-masing partikel, data tersebut digunakan untuk menghitung kecepatan sedimentasi (vt) menggunakan rumus aliran laminer dan didapatkan hasil secara berurutan sebesar 0.063 m/s, 0.031 m/s, dan 0.014 m/s. Serta bilangan reynolds (NRe) yang didapatkan secara berurutan yaitu 40,019; 15,507 dan 3,879. Dari hasil perhitungan bilangan reynolds (NRe)   tersebut, dapat ditentukan jenis aliran dari masing-masing ukuran serbuk jagung yaitu aliran transisi dimana NRe = 1 – 104 . Setelah didapatkan jenis aliran dari masing-masing serbuk jagung, dihitung koefisien drag (Cd) menggunakan rumus aliran transisi. Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien drag (Cd) secara berurutan yaitu 0,557; 1,296 dan 3,488.
Data yang diperoleh menunjukan bahwa semakin besar ukuran partikel maka semakin cepat waktu sedimentasinya. Hal ini sejalan dengan McCabe dkk. (1993) yang menyatakan bahwa ukuran partikel berpengaruh langsung terhadap diameter partikel. Jika ukuran partikel semakin besar maka semakin besar pula permukaan dan volumenya. Luas permukaan partikel berbanding lurus dengan gaya drag dan volume partikelnya berbanding lurus dengan gaya apungnya. Peristiwa ini disebabkan gaya ke atas (gaya drag dan gaya apung) semakin besar sehingga gaya total untuk mengendapkan partikel semakin kecil sehingga kecepatan pengendapan semakin menurun
b.      Serbuk Kacang Hijau
Bahan kedua yang diuji adalah serbuk kacang hijau dengan ukuran pengayakan bervariasi yaitu 30 mesh, -30+60 mesh dan 60 mesh. Berdasarkan tabel Tyler Screens, dapat dihitung diameter (D) dari masing-masing ukuran dan didapatkan diameter secara berurutan yaitu 0.542 x 10-3 m, 0.395 x 10-3 m dan 0.248 x 10-3 m. Bahan yang digunakan memiliki massa (m) seberat 9 gram atau 9 x 10-3 kg dan volume (v) secara berurutan yaitu  7 x 10-6 m3, 8 x 10-6 m3 dan 8.5 x 10-6 m3 sehingga dari data tersebut dapat digunakan untuk menghitung densitas (ρp) masing-masing ukuran bahan dan didapatkan hasil secara berurutan yaitu 1285,7 kg/ m3, 1125 kg/ m3 dan 1125 kg/ m3. Setelah diketahui densitas masing-masing partikel, data tersebut digunakan untuk menghitung kecepatan sedimentasi (vt) menggunakan rumus aliran laminer dan didapatkan hasil secara berurutan sebesar 0.05 m/s, 0.01 m/s, dan 0.004 m/s. Serta bilangan reynolds (NRe) yang didapatkan secara berurutan yaitu 28,6; 4,3 dan 1. Dari hasil perhitungan bilangan reynolds tersebut, dapat ditentukan jenis aliran dari masing-masing ukuran serbuk jagung yaitu aliran transisi dimana NRe = 1 – 104 . Setelah didapatkan jenis aliran dari masing-masing serbuk kacang hijau, dihitung koefisien drag (Cd) menggunakan rumus aliran transisi. Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien drag (Cd) secara berurutan yaitu 0,76; 3,28 dan 6.
Data yang diperoleh menunjukan bahwa semakin besar ukuran partikel maka semakin cepat waktu sedimentasinya. Hal ini sejalan dengan McCabe dkk. (1993) yang menyatakan bahwa ukuran partikel berpengaruh langsung terhadap diameter partikel. Jika ukuran partikel semakin besar maka semakin besar pula permukaan dan volumenya. Luas permukaan partikel berbanding lurus dengan gaya drag dan volume partikelnya berbanding lurus dengan gaya apungnya. Peristiwa ini disebabkan gaya ke atas (gaya drag dan gaya apung) semakin besar sehingga gaya total untuk mengendapkan partikel semakin kecil sehingga kecepatan pengendapan semakin menurun

5.2 Pengaruh Jenis Bahan Terhadap Sedimentasi
            Dari praktikum sedimentasi, bahan yang digunakan adalah serbuk kacang hijau dan serbuk jagung dengan ukuran pengayakan yang bervariasi yaitu 30 mesh, -30+60 mesh dan 60 mesh. Dari kedua bahan tersebut, dapat diketahui pengaruh jenis bahan dengan sedimentasi (kecepatan pengendapan).
            Bahan pertama yang diuji adalah serbuk jagung dengan ukuran pengayakan bervariasi yaitu 30 mesh, -30+60 mesh dan 60 mesh. Berdasarkan tabel Tyler Screens, dapat dihitung diameter (D) dari masing-masing ukuran dan didapatkan diameter secara berurutan yaitu 0.542 x 10-3 m, 0.395 x 10-3 m dan 0.248 x 10-3 m. Bahan yang digunakan memiliki massa (m) seberat 9 gram atau 9 x 10-3 kg dan volume (v) secara berurutan yaitu  6.5 x 10-6 m3, 6.5 x 10-6 m3 dan 6.5 x 10-6 m3 sehingga dari data tersebut dapat digunakan untuk menghitung densitas (ρp) masing-masing ukuran bahan dan didapatkan hasil sama yaitu 1384 kg/ m3.Setelah itu, dilakukan pengamatan terhadap waktu pengendapan 10 ml pada bahan jagung dan didapatkan hasil secara berturut-turut yaitu 2,5 detik, 6 detik dan 56 detik.
            Bahan kedua yang diuji adalah serbuk kacang hijau dengan ukuran pengayakan bervariasi yaitu 30 mesh, -30+60 mesh dan 60 mesh. Berdasarkan tabel Tyler Screens, dapat dihitung diameter (D) dari masing-masing ukuran dan didapatkan diameter secara berurutan yaitu 0.542 x 10-3 m, 0.395 x 10-3 m dan 0.248 x 10-3 m. Bahan yang digunakan memiliki massa (m) seberat 9 gram atau 9 x 10-3 kg dan volume (v) secara berurutan yaitu  7 x 10-6 m3, 8 x 10-6 m3 dan 8.5 x 10-6 m3 sehingga dari data tersebut dapat digunakan untuk menghitung densitas (ρp) masing-masing ukuran bahan dan didapatkan hasil secara berurutan yaitu 1285,7 kg/ m3, 1125 kg/ m3 dan 1125 kg/ m3. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap waktu pengendapan 10 ml pada bahan kacang hijau dan didapatkan hasil secara berturut-turut yaitu 4 detik, 9 detik dan 189 detik.
            Dari data tersebut dapat diketahui bahwa serbuk jagung memiliki densitas yang lebih besar daripada serbuk kacang hijau, serta kecepatan pengendapan serbuk jagung  lebih cepat daripada serbuk kacang hijau. Sehingga menunjukan bahwa semakin besar densitas bahan maka semakin cepat waktu pengendapannya. Hal ini sejalan dengan McCabe dkk. (1993) yang menyatakan bahwa jenis partikel berhubungan dengan density partikel yang berpengaruh terhadap gaya apung dan gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi kecepatan pengendapan suatu partikel dalam suatu fluida yang statis. Density partikel yang semakin besar akan menyebabkan gaya apung semakin kecil sedangkan gaya gravitasi semakin besar, sehingga resultan gaya ke bawah yang merupakan penjumlahan dari gaya drag, gaya apung dan gaya gravitasi akan semakin besar pula, ini berarti kecepatan pengendapannya akan semakin besar.

BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
            Berdasarkan dari praktikum yang kami lakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Sedimentasi merupakan pemisahan antara komponen atau partikel berdasarkan perbedaan densitasnya melalui medium alir
2. Faktor yang mempengaruhi kecepatan sedimentasi antara lain ukuran partikel dan jenis bahan (densitas). Semakin besar ukuran partikel maka semakin cepat waktu sedimentasi yang diperlukan. Dan semakin besar densitas bahan maka semakin cepat pula waktu sedimentasi yang diperlukan

6.2 Saran
Sebaiknya dijelaskan literatur apa saja yang harus dimasukkan ke dalam laporan, sehingga praktikan dapat mengerti pengaruh perlakuan terhadap hasil praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, F. M. 2011. Menyiasati Pengelolaan Sumber Daya Air Untuk Pertanian Masa Depan. Buletin Iptek Tanaman Pangan, 3-5.

Astawan M. 2005. Kacang Hijau: Antioksidan yang Membantu Kesuburan Pria. Jakarta . Gramedia.

Aziz, T. 2013. Pengaruh Penambahan Tawas Al2(SO4)3 dan Kaporit Ca(OCl)2 Terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Air Sungai Lambidaro. Jurnal Teknik Kimia, 6-11.

Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia bagian 2. Jakarta . Erlangga.

Earle, R.L. 1982. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. Bogor . PT Sastra Hudaya.

Fox, R. W.1995. Introduction to Fluid Mechanics. John Wiley & Sons, New York. 781 pp.

Gould, W.A. 1996. Unit Operation for The Food Industries. USA : LT I Publilcations, INC

Johnson LA. 1991. Corn: Production, Processing and atilitation. Di dalam Lorenzo KJ, Kulp K, editor. Handboojk of Cereal Science and Technology. New York : Marcel Dekker Inc

McCabe, W., Smith, J.C., and Harriot, P., 1993, “Unit Operation of Chemical Engineering”, McGraw Hill Book, Co., United States of America

Nuning Argo Subekti, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti. 2012, Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung, Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Purwono dan Hartono R. 2005. Kacang Hijau. Depok. Penebar Swadaya.

Putri, B.M.L, Sissilia O. Putri, Farida I. Muchtadi, dan Faqihza Mukhlish 2013. Pembuatan Prototipe Viskometer Bola Jatuh Menggunakan Sensor Magnet dan Bola Magnet. Jurnal otomasi Kontrol. ITB. Bandung

Setiyadi. 2013. Prediksi Kecepatan Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling. Seminar Nasional Teknik Kimia Subardjo Brotohardjono X, UPN Veteran, Surabaya.

Suryanta. 2012. Pengolahan Air Sumur Untuk Bahan BAku Air Minum. Water Treatment, 1-12.

Tjitrosoepomo, G. 1991. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta Bryophyta. Pteridophyta). Yogyakarta : Gadjahmada University Press.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

laporan praktikum satuan operasi "teknologi industri pertanian universitas jember" : EVAPORASI

laporan praktikum satuan operasi "teknologi industri pertanian universitas jember" : PENGAYAKAN