laporan praktikum satuan operasi "teknologi industri pertanian universitas jember" : PENGAYAKAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan hasil pertanian memiliki bentuk dan ukuran
yang berbeda-beda. Terkadang bahan hasil pertanian memiliki bentuk dan ukuran
yang lebih besar dari pada kebutuhan sehingga ukuran bahan tersebut harus
diperkecil sesuai dengan yang dibutuhkan. Kegiatan atau cara yang dilakukan
dalam melakukan pengecilan bahan tersebut merupakan teknik pengecilan ukuran
bahan hasil pertanian. Proses
pengecilan ukuran salah satunya dengan cara ditumbuk atau dihancurkan dan
selanjutnya untuk memperoleh partikel atau butiran dengan kriteria tertentu
dapat kita lakukan dengan pengayakan. Pengayakan umumnya dilakukan pada bahan
yang kering atau memiliki kadar air sedikit. Hal ini biasanya terjadi pada bahan
hasil pertanian berupa biji-bijian.
Pengayakan merupakan suatu teknik
pemisahan bahan padat berdasarkan pada ukuran partikelnya. Pada proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau
dilemparkan ke permukaan pengayak. Dengan pengayakan ini, akan
didapatkan campuran butiran yang mempunyai ukuran tertentu yang sangat berguna
dalam membantu proses pengolahan berikutnya atau supaya diperoleh suatu bentuk
komersial yang diinginkan. Pada proses pengayakan, bahan dibagi menjadi bahan
kasar yang tertinggal di bagian atas, dan bahan yang lebih halus yang lolos
melalui ayakan (aliran bawah). Bahan yang tertinggal hanyalah partikel yang
lebih besar daripada lubang ayakan. Sedangkan bahan yang lolos, berukuran lebih
kecil dari lubang ayakan tersebut.
Proses pengayakan menggunakan alat
yang biasa disebut ayakan yang umumnya memiliki ukuran tertentu untuk
menghasilkan bubuk partikel dengan ukuran tertentu pula yang biasa disebut mesh.
Pada praktikum
kali ini digunakan ayakan Tyler dengan berbagai ukuran. Diharapkan praktikan dapat
memahami proses pengayakan menggunakan ayakan Tyler, dapat menghitung nilai FM
(Fineless Modulus), diameter rata-rata partikel, yang dihasilkan serta dapat
menerapkannya dalam bidang teknologi industri pertanian.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah:
1.
Untuk mengetahui Fineless
Modulus
2.
Untuk mengetahui rata-rata
diameter
BAB 2 TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengayakan
Menurut (Fellows, 1990) pengayakan adalah suatu unit operasi dimana
suatu campuran dari berbagai jenis ukuran partikel padat dipisahkan kedalam dua
atau lebih bagian-bagian kecil dengan cara melewatkannya di atas screen
(ayakan). Atau dengan kata lain pengayakan adalah suatu proses pemisahan bahan
berdasarkan ukuran lubang kawat yang terdapat pada ayakan, bahan yang lebih
kecil dari ukuran mesh/lubang akan masuk, sedangkan yang berukuran besar akan
tertahan pada permukaan kawat ayakan. Setiap fraksi tersebut menjadi lebih
seragam dalam ukurannya dibandingkan campuran aslinya. Screen adalah suatu
permukaan yang terdiri dari sejumlah lubang-lubang yang berukuran sama.
Permukaan tersebuat dapat berbentuk bidang datar (horizontal atau miring), atau
dapat juga berbentuk silinder. Screen yang berbentuk datar yang mempunyai
kapasitas kecil disebut juga ayakan/pengayak (sieve).
Ayakan
berfungsi untuk menyaring bahan dari hasil penggilingan. Standar mutu lolos
ayakan adalah 1000 mesh. Mesh adalah jumlah lubang dalam 1 inchi linear.
Standar kehalusan tepung adalah 0,09 mm dengan bahan yang digunakan pada ayakan
adalah stainless stell. Hasil penggilingan diayak untuk mendapatkan berbagai
tingkat kehalusan, yaitu butir halus (>10 mesh), tepung kasar atau bubuk
(< 40 mesh), tepung agak halus (65-80 mesh), dan tepung halus (>100
mesh)(Fellows,1990).
Mesh adalah
jumlah lubang yang terdapat dalam satu inci persegi (square inch), sementara
jika dinyatakan dalam mm maka angka yang ditunjukkan merupakan besar material
yang diayak. Proses pengayakan pada pembuatan tepung sangat penting, karena
menentukan ukuran partikel tepung yang dihasilkan. Pengayakan merupakan suatu
metode pemisahan berbagai campuran partikel padat sehingga didapat ukuran
partikel yang seragam serta terbebas dari kontaminan yang memiliki ukuran yang
berbeda dengan menggunakan alat pengayakan (Ailani, 2014).
Tujuan dari
proses pengayakan adalah: (1) mempersiapkan produk umpan (feed) yang ukurannya
sesuai untuk beberapa proses berikutnya. (2) mencegah masuknya mineral yang
tidak sempurna dalam permukaan (primary crushing) atau oversize ke dalam proses
pengolahan berikutnya sehingga dapat dilakukan kembali proses permukaan tahap
berikutnya. (3) untuk meningkatkan spesifikasi suatu material sebagai produk
akhir. (4) mencegah masuknya undersize ke permukaan. Pengayakan biasaya
dilakukan dalam keadaan kering untuk material kasar dapat optimal sampai dengan
ukuran 10 inchi/ 10 mesh. Sedangkan pengayakan dalam keadaan basah biasanya untuk
material yang halus mulai dari ukuran 20 in sampai dengan ukuran 35 inchi
(Brown,1950).
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pengayakan
Menurut Bidangan (2014) faktor-
faktor yang mempengaruhi
kecepatan material untuk menerobos ukuran ayakan adalah:
1. Ukuran bahan ayakan : Semakin besar
diameter lubang bukaan
akan semakin banyak material yang lolos.
2. Ukuran relatif : partikel material yang
mempunyai diameter yang sama dengan panjangnya akan
memiliki kecepatan dan kesempatan
masuk yang berbeda
bila posisinya berbeda,
yaitu yang satu melintang dan lainnya membujur.
3. Pantulan dari material pada waktu
material jatuh ke
ayakan maka material akan
membentur kisi-kisi screen sehingga akan terpental ke atas dan
jatuh pada posisi yang tidak teratur.
4. Kandungan
air yang banyak
akan sangat membantu tapi
bila hanya sedikit
akan menyumbat ayakan
5.
Waktu atau lama pengayakan.Biasanya pengayakan dilakukan selama 5 menit. Pengayakan yang terlalu lama
dapat membuat sampel jadi pecah karena saling bertumbukan satu dengan yang
lain, sehingga bisa lolos melalui mesh selanjutnya. Jika kurang dari lima
menit, biasanya proses pengayakan akan kurang sempurna.
6. Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka
sampel sulit terayak. Jika sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan
terayak.
7. Intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan
semakin banyak terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya
partikel. Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu.
2.3 Bahan yang Digunakan
2.3.1 Jagung
Biji jagung
merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan berat rata-rata
250-300 mg. biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar yang merupakan
hasil pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung diklasifikasikan
sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur embrio yang
sempurna. Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru untuk pertumbuhan
dan perkembangan menjadi tanaman jagung (Johnson, 1991).
Biji jagung
kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Karbohidrat
dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung
ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini
tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam
pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin
lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa. Untuk
ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih
rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak (Tjitrosoepomo,
1991).
Untuk
mengetahui komposisi kimia pada bagian biji jagung dapat dilihat pada tabel
1(Inglett, 1987)
Tabel 1. Komposisi Kimia Pada
Bagian Biji Jagung Berdasarkan Bobot Kering.
|
Komponen
|
Biji Utuh
|
Endosperma
|
Lembaga
|
Kulit Ari
|
Tip Cap
|
|
Protein (%)
|
3,7
|
8,0
|
18,4
|
3,7
|
9,1
|
|
Lemak (%)
|
1,0
|
0,8
|
33,2
|
1,0
|
3,8
|
|
Serat kasar (%)
|
86,7
|
2,7
|
8,8
|
86,7
|
-
|
|
Abu (%)
|
0,8
|
0,3
|
10,15
|
0,8
|
1,6
|
|
Pati (%)
|
71,3
|
87,6
|
8,3
|
7,3
|
5,3
|
|
Gula (%)
|
0,34
|
0,62
|
10,8
|
0,34
|
1,6
|
(Inglett, 1987)
BAB 3 METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Mesin Pengayak ( 60 dan 70 mesh)
2. Penggaris
3. Jangka Sorong
4. Neraca digital
5. Baskom
3.1.2 Bahan
1. Serbuk Jagung
3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Skema Kerja



3.2.2 Fungsi Perlakuan
Pada praktikum
pengayakan, digunakan 2 macam pengayak yang memiliki ukuran 60 mesh dan 70
mesh. Bahan yang digunakan adalah serbuk jagung. Perlakuan yang pertama kali
dilakukan adalah menimbang serbuk jagung menggunakan neraca digital sebanyak
2000 gram, berat ini digunakan sebagai berat awal atau berat sampel total.
Kemudian serbuk jagung dimasukkan ke dalam mesin pengayak yang memiliki ukuran
60 mesh dan 70 mesh. Setelah semua serbuk jagung terayak, masing-masing sampel
yang tertahan di pengayak 60 mesh dan 70 mesh di timbang menggunakan neraca
digital. Berat yang didapatkan digunakan sebagai berat bahan yang tertahan. Perlakuan yang terakhir adalah perhitungan FM
(Fineless Modulus), diameter rata-rata partikel dan luas permukaan partikel
BAB 4 HASIL
PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
Tabel 1. Hasil
Pengamatan
|
Ukuran Ayakan
|
Masa sampel total (g)
|
Massa bahan yang tertahan (g)
|
|
60 mesh
|
2000
|
942
|
|
70 mesh
|
988
|
|
|
80 mesh
|
-
|
Tabel 2. Hasil
Perhitungan
|
Ukuran Ayakan
|
% Komulatif tertahan
|
Fineless modulus
|
Diameter rata-rata partikel
|
|
60 mesh
|
47,1 %
|
0,965
|
8 x 10-3
|
|
70 mesh
|
49,4 %
|
||
|
80 mesh
|
-
|
BAB 5 PEMBAHASAN
Dari praktikum
pengayakan, praktikan diminta untuk menghitung nilai FM (Fineless Modulus),
diameter rata-rata partikel, dan luas permukaan partikel. Pengayakan yang
digunakan pada praktikum ini memiliki ukuran 60 mesh dan 70 mesh. Serbuk jagung
dipilih sebagai bahan dalam proses pengayakan. Untuk menghitung Fineless
Modulus, menggunakan rumus:
Persen
kumulatif tertahan = Massa kumulatif tertahan x 100
Massa
sampel total
FM = ∑ persen kumulatif tertahan
100
Untuk menghitung diameter
rata-rata partikel, menggunakan rumus:
D
= 0,0041 (2)FM
Bahan
yang digunakan atau serbuk jagung ditimbang terlebih dahulu untuk mendapatkan
berat awal, dan didapatkan hasil sebesar 2000 gr. Setelah pengayakan dilakukan,
massa bahan yang tertahan (oversize) pada ayakan berukuran 60 mesh sebesar 942
gram. Sedangkan massa bahan yang tertahan (oversize) pada ayakan berukuran 70
mesh sebesar 988 gram dan proses pengayakan dihentikan. Dari data tersebut
dapat digunakan untuk menghitung Fineless Modulus (FM) dari bahan, dan didapatkan
hasil sebesar 0,965. Dengan menggunakan hasil perhitungan dari Fineless Modulus
(FM) dari bahan, dapat digunakan untuk menghitung diameter rata-rata partikel
dan didapatkan hasil sebesar 8
x 10-3.
Menurut Mc Cabe, W. L. (1990) bahwa dalam melakukan analisis, seperangkat ayakan standart
disusun secara berderet dalam suatu tumpukan, dimana ayakan dengan anyaman
paling rapat ditempatkan paling bawah dan anyaman paling besar ditempatkan
paling atas. Sampel yang dianalisis dimasukkan ke dalam ayakan paling atas dan
pengayak diguncang secara mekanis selama beberapa waktu tertentu. Partikel yang
tertahan pada setiap ayakan dikumpulkan dan ditimbang. Massa pada setiap
totokan itu dikonversikan menjadi fraksi massa atau persen massa dari
contoh keseluruhan.
Dan dari data yang diperoleh
menunjukkan bahwa berat bahan setelah proses pengayakan dengan berat bahan
sebelum diayak atau berat bahan awal tidak sama. Hal ini diduga disebabkan oleh
ayakan tidak berfungsi dengan semestinya, sehingga harus dibantu dengan
menggunakan tangan sehingga ada bahan yang terjatuh tanpa sepengatuhan
praktikan, menempel pada tangan praktikan serta tertinggal dalam ayakan. Urutan
ukuran ayakan yang digunakan memiliki kesamaan dengan literatur yaitu ayakan
dengan anyaman paling rapat ditempatkan paling bawah dan anyaman paling besar
ditempatkan paling atas. Hasil dari proses pengayakan dapat diukur derajat kehalusannya (Fineless Modulus) yang menunjukkan
keseragaman hasil giling atau penyebaran fraksi halus dan kasar dalam hasil giling.
Derajat kehalusan adalah jumlah berat fraksi yang tertahan pada setiap saringan
dibagi 100. FM (Fineless Modulus) juga dapat digunakan untuk menghitung
diameter rata-rata partikel. Diameter rata-rata partikel adalah perkalian antara 2 pangkat fineless modulus
dengan 0,0041.
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan
dari praktikum yang kami lakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengayakan merupakan suatu proses pemisahan bahan berdasarkan
ukuran lubang kawat yang terdapat pada ayakan, bahan yang lebih kecil dari
ukuran mesh/lubang akan masuk, sedangkan yang berukuran besar akan tertahan
pada permukaan kawat ayakan. Tujuan pengayakan adalah menseragamkan ukuran suatu
campuran.
2. Hasil dari proses
pengayakan dapat diukur derajat kehalusannya (Fineless Modulus) yang menunjukkan
keseragaman hasil giling atau penyebaran fraksi halus dan kasar dalam hasil
giling.
Rumus
derajat kehalusan (Fineless Modulus) yaitu :
FM = ∑ persen kumulatif tertahan
100
FM (Fineless Modulus) juga dapat
digunakan untuk menghitung diameter rata-rata partikel hasil pengayakan. Untuk
menghitung diameter rata-rata partikel, menggunakan rumus:
D
= 0,0041 (2)FM
6.2 Saran
Sebaiknya
sebelum dilakukan praktikum, asisten laboraturium mencoba terlebih dahulu mesin
ayakan yang akan digunakan agar mengurangi resiko kegagalan praktikum.
Komentar
Posting Komentar