laporan praktikum satuan operasi "teknologi industri pertanian universitas jember" : KRISTALISASI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
pengolahan bahan pangan dilakukan berbagai macam sistem operasi, yang
masing-masing sistem memiliki peranan dan fungsi tersendiri bagi pengendalian
mutu produk. Salah satu sistem operasi yang penting yaitu pemisahan mekanis
yang dapat diakukan dengan cara kristalisasi, sedimentasi (pengendapan),
sentrifugsasi (pemusingan), filtrasi (penyaringan) dan lain sebagainya.
Kristalisasi dikategorikan sebagai salah satu proses
pemisahan yang efisien. Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah
untuk pemisahan dan pemurnian. Adapun sasaran dari proses kristalisasi adalah
menghasilkan produk kristal yang mempunyai kualitas seperti yang diinginkan.
Pemisahan dengan
teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam
sebuah campuran homogen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat
terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang
sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk
hingga 100% (Niwa, 2013).
Pada praktikum
kali ini digunakan bahan yang bersifat mudah mengristal yaitu garam dan gula.
Diharapkan praktikan dapat memahami proses kristalisasi, dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap proses kristalisasi, dapat
menghitung persen berat larutan dan persen berat kristal yang dihasilkan
setelah proses kristalisasi serta dapat menerapkannya dalam bidang teknologi
industri pertanian.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses kristalisasi
2. Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap proses kristalisasi
3. Untuk mengetahui persen berat larutan dan persen berat kristal
BAB 2 TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Kristalisasi
Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan
larutan, melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan
langsung dari gas. Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara
bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari
suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat. Pemisahan
secara kristalisasi dilakukan untuk memisahan zat padat dari larutannya dengan
jalan menguapkan pelarutnya. Zat padat tersebut dalam keadaan lewat jenuh akan
membentuk kristal (Ayuningtyas, 2011)
Menurut Niwa (2013) pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas
pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogeen atau
larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Proses ini adalah
salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri,
karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga 100%. Berikut mekanisme pembentukan kristal;
1. Pembentukan Inti
Inti kristal
adalah partikel-partikel kecil bahkan sangat kecil yang dapat terbentuk secara
cara memperkecil kristal-kristal yang ada dalam
alat kristalisasi atau dengan menambahkan benih kristal ke dalam larutan lewat
jenuh.
2. Pertumbuhan Kristal
Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari dua proses
yaitu :
Transportasi molekul-molekul atau
(ion-ion dari bahan yang akan di kristalisasikan) dalam larutan kepermukaan
kristal dengan cara difusi. Proses ini berlangsung semakin cepat jika derajat
lewat jenuh dalam larutan semakin besar.Penempatan molekul-molekul atau ion-ion pada kisi kristal. Semakin luas
total permukaan kristal, semakin banyak bahan yang di tempatkan pada kisi
kristal persatuan waktu.
Kristalisasi
dari larutan dapat terjadi jika padatan terlarut dalam keadaan berlebih (di
luar kesetimbangan), maka sistem akan mencapai kesetimbangan dengan cara
mengkristalkan padatan terlarut. Kristalisasi senyawa dalam larutan langsung
pada permukaan transfer panas dimana kerak terbentuk memerlukan tiga faktor
simultan yaitu konsentrasi lewat jenuh (supersaturation), nukleasi
(terbentuknya inti kristal) dan waktu kontak yang memadai. Pada saat terjadi
penguapan, kondisi jenuh (saturation) dan kondisi lewat jenuh (supersaturation)
dicapai secara simultan melalui pemekatan larutan dan penurunan daya larut
setimbang saat kenaikan suhu menjadi suhu penguapan. Pembentukan inti kristal
terjadi saat larutan jenuh, kemudian sewaktu larutan melewati kondisi lewat
jenuh beberapa molekul akan bergabung membentuk inti kristal. Inti kristal ini
akan terlarut bila ukurannya lebih kecil dari ukuran partikel kritis (inti
kritis), sementara itu kristal-kristal akan berkembang bila ukurannya lebih
besar dari partikel kritis. Apabila ukuran inti kristal menjadi lebih besar
dari inti kritis, maka akan terjadi pertumbuhan kristal (Dewi dan Ali, 2009).
Proses
pembentukkan kristalisasi ditunjukkan pada gambar berikut (Zeiher dkk., 2003).

Laju
pertumbuhan kristal ditentukan oleh laju difusi zat terlarut pada permukaan
kristal dan laju pengendapan zat terlarut pada kristal tersebut. Daya dorong
difusi zat-zat terlarut adalah perbedaan antara konsentrasi zat-zat terlarut
pada permukaan kristal dan pada larutan. Kristal-kristal yang telah terbentuk
mempunyai muatan ion lebih rendah dan cenderung untuk menggumpal sehingga terbentuklah
kerak (Lestari dkk., 2011).
2.2 Faktor yang
Mempengaruhi Kristalisasi
Menurut Handojo
(1995), faktor yang nempengaruhi kecepatan pembentukan kristalisasi adalah:
a. Kondisi
lewat dingin larutan
Semakin
dingin larutan waktu induksi (waktu yg diperlukan sampai inti kristal
terbentuk) akan semakin pendek.
b. Suhu
Penurunan
suhu
akan menginduksi pembentukan kristal secara cepat.
c. Sumber
inti kristal Inti yg terbentuk pada pembentukan tipe heterogen memiliki
kecendrungan mempercepat kristalisasi
d. Viskositas
Ketika
viskositas meningkat akibat menurunnya suhu dan meningkatnya konsentrasi
larutan, proses pembentukan inti kristal akan terbatasi. Hal ini disebabkan
berkurangnya pergerakan molekul pembentuk inti kristal dan terhambatnya pindah
panas sebagai energi pembetukkan inti kristal
e. Kecepatan
Pendinginan
Pendingingan
yang cepat akan menghasilkan inti kristal yg lebih banyak dibandingkan
pendinginan lambat.
f. Kecepatan
agitasi
Proses
agitasi mampu meningkatkan laju pembentukan inti kristal. Agitasi menyebabkan
pindah massa dan pindah panas berjalan lebih efisien.
g. Bahan
tambahan dan pengotor
Bahan-bahan
tambahan dapat berperan untuk membantu atau menghambat pembentukan inti kristal
h. Densitas
massa kristal
Jumlah
kristal yg terdapat dalam satu unit volume yg terdapat dalam larutan akan
berpengaruh pada tingkat pertumbuhan setiap kristal
2.3 Bahan yang Digunakan
2.3.1 Gula
Gula tebu
adalah disakarida, gula tersebut dapat dibuat dari gabungan dua gula yang
sederhana yaitu glukosa dan fruktosa (monosakarida). Selain sukrosa didalam
batang tebu terdapat zat-zat lain. Dalam proses produksi gula zat – zat ini harus
dihilangkan sehingga dihasilkan gula yang berkualitas (Kuswurj, 2011).
Sukrosa adalah
disakarida yang mempunyai peranan penting dalam pengolahan makanan dan banyak
terdapat pada tebu, bit, siwalan, dan kelapa kopyor. Untuk industri-industri
makanan biasa digunakan sukrosa dalam bentuk kristal halus atau kasar dan dalam
jumlah yang banyak dipergunakan dalam bentuk cairan sukrosa (sirup). Pada
pembuatan sirup, gula pasir (sukrosa) dilarutkan dalam air dan dipanaskan,
sebagian sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa, yang disebut gula
invert. Inversi sukrosa terjadi dalam suasana asam. Gula invert ini tidak dapat
berbentuk kristal karena kelarutan sukrosa sangat tinggi (Winarno, 2010).
Sukrosa dalam
pembuatan produk makanan berfungsi untuk memberi rasa manis dan dapat pula
sebagai pengawet yaitu dalam konsentrasi yang tinggi dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme, dapat menurunkan aktifitas air dari bahan pangan (Buckel
dkk., 1987).
Untuk
mengetahui komposisi zat gizi tiap 100 gram gula pasir dapat dilihat pada tabel
1 (Darwin, 2013).
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Gula
Pasir tiap 100 gram.
|
Kandungan
|
Jumlah
|
|
Energi
|
365 kal
|
|
Protein
|
0 gr
|
|
Lemak
|
0 gr
|
|
Karbohidrat
|
94,0 gr
|
|
Kalsium
|
5 mg
|
|
Fosfor
|
1 mg
|
(Darwin, 2013).
2.3.2 Garam
Garam adalah
benda padat berwarna putih berbentuk Kristal yang merupakan kumpulan senyawa
dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa lainnya,
seperti Magnesium Chlorida, Magnesium sulfat, dan Calsium Chlorida. Sumber
garam yang didapat di alam berasal dari air laut, air danau asin, deposit dalam
tanah, tambang garam, sumber air dalam tanah (Burhanuddin S 2001).
Komponen –
komponen tersebut mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia, sehingga
diperlukan konsumsi garam dengan ukuran yang tepat untuk menunjang kesehatan
manusia. Konsumsi garam per orang per hari diperkirakan sekitar 5 – 15 gram
atau 3 kilogram per tahun per orang (Winarno 1995).
Untuk
mengetahui komposisi zat gizi tiap 100 gram garam dapur dapat dilihat pada
tabel 2 (Cahyadi, 2008).
Tabel 2. Komposisi Zat Gizi Garam
dapur tiap 100 gram.
|
Kandungan
|
Jumlah
|
|
Energi
|
0 kkal
|
|
Protein
|
0 gr
|
|
Lemak
|
0 gr
|
|
Natrium
|
38,758 mg
|
|
Kalium
|
8 mg
|
|
Kalsium
|
24 mg
|
|
Zat besi
|
0,3 mg
|
|
Magnesium
|
1 mg
|
(Cahyadi, 2008).
2.4 Sifat Kristal Garam dan Kristal Gula
Sifat kristal
garam dapat dilihat dari berbagai sisi, pada struktur senyawanya kristal garam
berbentuk kubus yang sangat kecil. Titik leleh dan titk didihnya adalah 143oC
dan 801oC, cukup tinggi karena gaya elektrolisis pada partikelnya
sangat kuat. Kristal garam dapat menyalurkan aliran listrik karena memiliki ion
positif dan negatif. Jika dilarutkan akan membentuk larutan garam. Selain itu
kristal garam berwarna putih dan rasanya asin (Nurani,2008).
Sifat kristal
gula juga dapat dilihat dari warna butirannnya yang putih jernih, dan rasanya
manis. Dari segi struktur berbentuk prisma monklin. Kristal gula murni dapat
didimpan dalam jangka waktu yang lama karena jika didiamkan akan tetap
berbentuk padat namun ketika dipanaskan akan mencair kembali (Johari dan
Rachmawati, 2009).
BAB 3 METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Beaker Glass
2. Neraca Analitik
3. Sendok
4. Hotplate
5. Kain Lap
6. Kertas
3.1.2 Bahan
1. Gula
2. Garam
3. Air
3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Skema Kerja

3.2.2 Fungsi Perlakuan
Pada praktikum kristalisasi kali ini praktikan
menggunakan dua jenis sampel yakni garam dan gula, pertama bahan dan alat yang digunakan disiapkan terlebih dahulu,
selanjutnya gula ditimbang seberat
181 gram dan garam 19 gram menggunakan nerca digital, berat ini digunakan sebagai
berat awal sampel, lalu timbang beaker glass untuk mengetahui beratnya, selanjutnya
air dimasukkan sebanyak
50 ml kedalam beaker glass sebagai
pelarut, lalu air dipanaskan
menggunakan hot plate untuk mempermudah proses pelarutan sampel, lalu sampel dimasukkan kedalam beaker glass sedikit
demi sedikit, setelah itu sampel
dipanaskan dan diaduk terus
menggunakan sendok agar
sampel larut secara sempurna.
Larutan dipanaskan sampai melewati titik didihnya untuk menguapkan pelarut
serta melewati titik jenuhnya agar terbentuk kristal. Setelah kedua larutan
jenuh maka untuk larutan garam didinginkan agar terbentuk kristal garam dan
untuk larutan gula dilakukan pendinginan dengan pengadukan cepat agar kristal
gula terbentuk. Terakhir lakukan penimbangan berat Kristal gula dan garam yang
terbentuk setelah proses kristalisasi agar dapat dihitung % berat larutan dan %
berat zat terlarut.
BAB 4 HASIL
PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
Tabel 1.Hasil Pengamatan
|
Bahan
|
Berat Bahan Awal (g)
|
Jumlah Air (ml)
|
Berat Kristal (g)
|
|
Garam
|
19
|
50
|
|
|
Gula
|
181
|
50
|
218
|
Table 2. Hasil
Perhitungan
|
Bahan
|
% Berat Larutan
|
% Berat Kristal
|
|
Garam
|
27,5
|
35,51
|
|
Gula
|
78,35
|
94,37
|
BAB 5 PEMBAHASAN
Dari praktikum
kristalisasi bahan yang digunakan adalah gula dan garam yang larut dalam air
sehingga pelarut yang digunakan adalah air. Praktikan diminta untuk menghitung persen
(%) berat larutan dan persen (%) berat kristal yang dihasilkan. Untuk
menghitung persen (%) berat larutan, menggunakan rumus:
Persen berat
larutan = gram zat terlarut x 100
gram larutan
Untuk menghitung persen (%) berat kristal, menggunakan rumus:
Persen berat
kristal = gram kristal x 100
gram larutan
Bahan pertama
yang diuji adalah gula pasir. Gula pasir ditimbang terlebih dahulu untuk
mengetahui massa awal dan diperoleh berat sebesar 181 gram. Kemudian gula
dilarukan pada 50 ml air, air digunakan sebagai pelarut. Setelah proses
kristalisasi selesai, kristal yang terbentuk ditimbang dan didapatkan hasil
sebesar 218 gram. Dari data tersebut dilakukan perhitungan % berat larutan dan
didapatkan hasil sebesar 78,35 % serta dilakukan perhitungan % berat kristal
dan didapatkan hasil sebesar 94,37 %.
Bahan kedua
yang diuji adalah garam dapur. Garam dapur
ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui massa awal dan diperoleh
berat sebesar 19 gram. Kemudian gula dilarutkan pada 50 ml air, air digunakan
sebagai pelarut. Setelah proses kristalisasi selesai, kristal yang terbentuk
ditimbang dan didapatkan hasil sebesar 19,4 gram. Dari data tersebut dilakukan
perhitungan % berat larutan dan didapatkan hasil sebesar 27,5 % serta dilakukan
perhitungan % berat kristal dan didapatkan hasil sebesar 35,51 %.
Pada proses
kristalisasi, pemilihan bahan yang akan dikristalkan akan menunjukkan sifat
kelarutannya. Idealnya yaitu bahan harus
sedikit larut pada temperatur ruang dan larut cukup besar pada saat pemanasan (disekitar
titik didih pelarut yang dipilih). Sifat kelarutan pada bahan akan
menunjukkan suhu yang digunakan untuk kristalisasi. Berikut kurva kelarutan
gula dan garam terhadap suhu:

Kurva 1. Kelarutan
gula dan garam terhadap suhu
Dari kurva tersebut menunjukkan
bahwa gula larut pada temperatur
tinggi dan sedikit larut pada
temperatur kamar, sedangkan garam cukup stabil dalam kelarutan terhadap
suhu atau sedikit larut pada semua
temperatur. Sehingga pada praktikum kristalisasi gula dan garam, dapat
dilihat bahwa gula harus segera diaduk untuk mengahasilkan butiran kristal,
sedangkan pada garam cukup didiamkan saja dan butiran kristal akan terbentuk
dengan sendirinya. Hal ini sejalan dengan Salimin Z. (2009) yang menyatakan
bahwa kurva dengan
kemiringan (slope) kecil tidak menyebabkan kristalisasi signifikan jika
temperatur larutan diturunkan. Sedangkan kurva yang memiliki kemiringan yang besar, terlihat bahwa
bahan yang akan dikristalkan mempunyai kelarutan yang kecil pada temperatur
rendah dan kelarutannya sangat besar jika temperatur dinaikkan.
Kristalisasi
dari larutan gula dan garam dapat terjadi ketika padatan terlarut dalam keadaan
berlebih (di luar kesetimbangan), maka sistem akan mencapai kesetimbangan
dengan cara mengkristalkan padatan terlarut. Kristalisasi senyawa dalam larutan
langsung pada permukaan transfer panas dimana kerak terbentuk memerlukan tiga
faktor simultan yaitu konsentrasi lewat jenuh (supersaturation), nukleasi
(terbentuknya inti kristal) dan waktu kontak yang memadai. Pada saat terjadi
penguapan, kondisi jenuh (saturation) dan kondisi lewat jenuh (supersaturation)
dicapai secara simultan melalui pemekatan larutan dan penurunan daya larut
setimbang saat kenaikan suhu menjadi suhu penguapan. Pembentukan inti kristal
terjadi saat larutan jenuh, kemudian sewaktu larutan melewati kondisi lewat
jenuh beberapa molekul akan bergabung membentuk inti kristal. Inti kristal ini
akan terlarut bila ukurannya lebih kecil dari ukuran partikel kritis (inti
kritis), sementara itu kristal-kristal akan berkembang bila ukurannya lebih
besar dari partikel kritis. Apabila ukuran inti kristal menjadi lebih besar
dari inti kritis, maka akan terjadi pertumbuhan kristal (Dewi dan Ali, 2003).
Data yang diperoleh menunjukan bahwa % berat kristal gula lebih besar daripada % berat kristal garam, hal ini
disebabkan oleh konsentrasi larutan gula yang lebih besar daripada konsentrasi
larutan garam. Sehingga dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi maka
semakin banyak kristal yang didapatkan.. Hal ini sejalan dengan Roth (1989) yang
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
pembentukan kristal antara lain
konsentrasi (semakin besar konsentrasi maka zat yang diendapkan semakin
banyak dan cepat), temperatur (semakin besar temperatur maka pelarutannya
semakin cepat sehingga kristal akan lebih cepat terbentuk) dan kadar air (semakin
sedikit kadar air maka kelarutan kristal semakin kecil).
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari praktikum yang kami lakukan
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Kristalisasi merupakan pemisahan bahan padat berbentuk kristal
dari suatu larutan atau suatu lelehan. Tujuan kristalisasi adalah
mendapatkan prosuk yang lebih murni sesuai yang diinginkan.
2. Faktor yang mempengaruhi pembentukan kristal antara lain konsentrasi dimana semakin besar konsentrasi
maka zat yang diendapkan semakin banyak dan cepat, temperatur dimana semakin besar
temperatur maka pelarutannya semakin cepat sehingga kristal akan lebih cepat
terbentuk dan kadar air dimana semakin
sedikit kadar air maka kelarutan kristal semakin kecil.
3. Untuk menghitung persen (%)
berat kristal, dapat menggunakan
rumus:
Persen berat kristal = gram kristal x 100
gram larutan
6.2 Saran
Sebaiknya praktikum kristalisasi tidak digabung
dengan praktikum pengayakan, sehingga seluruh praktikan dapat mengetahui proses
yang dilakukan serta kurva kelarutan gula dan garam dijelaskan terlebih dahulu
kepada praktikan.
The Best Bets of 2022 - The Titanium Tail Rings - Tatinon
BalasHapus› best-bets-talen-talen-talen-talen-talen-talen-talen-talen-talen › best-bets-talen-talen-talen-talen-talen-talen-talen-talen-talen-talen. titanium dioxide sunscreen 4 stars. Best mens titanium watches bets. Top titanium rimless glasses picks. Tuscany: man titanium bracelet Best bets. Golden: Best bets. mens titanium wedding bands Boston: Best bets.