laporan praktikum satuan operasi "teknologi industri pertanian universitas jember" : PENGERINGAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengawetan
makanan dapat dilakukan dengan beberapa teknik baik yang menggunakan teknologi
tinggi maupun teknologi sederhana. Caranya pun beragam dengan berbagai tingkat
kesulitan. Namun inti dari pengawetan makanan adalah suatu upaya untuk menahan
laju pertumbuham mikroorganisme pada makanan. Teknik pengolahan dan pengawetan
makanan itu ada beberapa cara, yaitu: pendinginan, pengeringan, pengalengan,
pengemasan, penggunaan bahan kimia, penggunaan zat aditif (tambahan) dan pemanasan.
Pengeringan
adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah yang relatif
kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas. Selain untuk mengawetkan
bahan pangan yang mudah rusak atau busuk pada kondisi penyimpanan sebelum
digunakan, pengeringan pangan juga menurunkan biaya dan mengurangi kesulitan
dalam pengemasan, penanganan, pengangkutan dan penyimpanan, karena dengan
pengeringan bahan menjadi padat dan kering, sehingga volume bahan lebih
ringkas, mudah dan hemat ruang dalam pengangkutan, pengemasan maupun
penyimpanan. Disamping itu banyak bahan pangan yang hanya dikonsumsi setelah
dikeringkan, seperti teh, kopi, coklat dan beberapa jenis biji-bijian. Proses
pengeringan pada dasarnya ditentukan oleh pengaturan suhu yang baik yang merupakan
faktor terpenting dalam pengawetan pangan dan mutu bahan pangan yang
dihasilkan.
Pengeringan
buatan adalah pengeringan dengan menggunakan sumber panas artifisal untuk
menggantikan panas sinar matahari. Beberapa
tipe pengering yang sering digunakan dalam industri yaitu drum dryer dan oven. Pengeringan dengan drum (Drum Drying) secara luas
digunakan dalam pengeringan komersial di industri pangan untuk berbagai jenis
produk makanan berpati, makanan bayi, maltodekstrin, suspensi dan pasta dengan
viskositas tinggi (heavy pastes), dan dikenal sebagai metode pengeringan yang
paling hemat energi untuk jenis produk tersebut. Oven merupakan
sebuah peralatan berupa ruang termal terisolasi yang digunakan sebagai
pengeringan suatu bahan. Pengeringan menggunakan oven lebih cepat dibandingkan
dengan pengeringan menggunakan panas matahari. Akan tetapi, kecepatan
pengeringan tergantung dari tebal bahan yang dikeringkan.
Proses pengeringan pada praktikum ini dengan
menggunakan drum dryer dan oven. Diharapkan dapat memahami proses pengeringan
menggunakan mesin drum dryer dan membandingkan kinerjanya dengan pengering
oven, serta dapat menerapkannya dalam bidang teknologi industri pertanian.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan
dari praktikum ini yaitu, mengukur dan mengamati proses pengeringan menggunakan
mesin drum dryer dan membandingkan kinerjanya dengan pengering oven.
BAB 2 TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengeringan
Pengeringan
adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah yang relatif
kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas. Hasil dari proses pengeringan
adalah bahan kering yang mempunyai kadar air setara dengan kadar air
keseimbangan udara (atmosfir) normal atau setara dengan nilai aktivitas air
(aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis dan kimiawi (Rachmawan,
2001).
Proses
pengeringan dilakukan dengan cara penguapan air. Cara ini dilakukan dengan
menurunkan kelembaban nisbi udara dengan mengalirkan udara panas di sekeliling
bahan, sehingga tekanan uap air bahan lebih besar daripada tekanan uap air di
udara. Perbedaan tekanan ini menyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan
ke udara (Adnan, 1982).
Tujuan dari
pengeringan pada prinsipnya adalah menurunkan kadar air suatu produk atau bahan
pertanian sehingga memenuhi rencana penggunaan selanjutnya (Matondang, 1989).
Selain memberikan manfaat melindungi bahan pangan yang mudah rusak, pengeringan
dengan pengurangan air juga menurunkan bobot dan memperkecil volume bahan
pangan tersebut, sehingga mengurangi biaya pengangkutan dan penyimpanan. Pengeringan
dapat pula menjadikan bahan pangan sesuai untuk pengolahan lebih lanjut,
sehingga memudahkan penanganan, pengemasan, pengangkutan dan konsumsi (Irawan,
1991).
Pengeringan
juga mempunyai beberapa kerugian yaitu karena sifat asal dari bahan yang
dikeringkan dapat berubah misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik dan kimianya,
penurunan mutu dan lain-lainnya. Kerugian yang lainnya juga disebabkan beberapa
bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum digunakan, misalnya harus
dibasahkan kembali (Winarno, 1980).
Secara garis
besar pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan secara
alami (natural drying) dan pengeringan buatan (artificial drying). Pengeringan
secara alami dapat dilakukan dengan cara menjemur di bawah sinar matahari (sun
drying). Sedangkan pengeringan secara buatan dilakukan dengan menggunakan alat pengering
(Taib dkk., 1988).
2.2 Jenis Pengeringan dan Alatnya
Menurut Bernasconi,
G. (1995), jenis-jenis pengeringan sebagai berikut:
1. Pengeringan alamiah
menggunakan panas matahari
Pengeringan
hasil pertanian dengan menggunakan energi matahari biasanya dilakukan dengan
menjemur bahan di atas alas jemuran atau lamporan, yaitu suatu permukaan yang
luasnya dapat dibuat dari berbagai bahan padat. Sesuai dengan sistem dan peralatannya
serta pertimbangan faktor ekonomis, alat jemur dapat dibuat dari anyaman tikar,
anyaman bambu, lembaran seng, lantai batu bata atau lantai semen.
Pengeringan
ini adalah pengeringan paling sederhana (dengan cara penjemuran). Penjemuran
adalah usaha pembuangan atau penurunan kadar air suatu bahan untuk memperoleh
tingkat kadar air yang cukup aman disimpan, yaitu yang tingkat kadar airnya
seimbang dengan lingkungan.
2. Pengeringan dengan menggunakan
bahan bakar
Bahan bakar
sebagai sumber panas (bahan bakar cair, padat, listrik) misalnya : BBM,
batubara, dan lain-lain. Pengeringan ini disebut juga dengan pengeringan
mekanis. Jenis-jenis pengeringan mekanis adalah tray dryer, rotary dryer, spray
dryer, freeze dryer
a. Tray dryer (alat pengeringan
berbentuk rak)
- Bentuknya
persegi dan didalamnya berisi rak-rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang
akan dikeringkan
- Cocok untuk
bahan yang berbentuk padat dan butiran
- Sering
digunakan untuk produk yang jumlahnya tidak terlalu besar
- Bisa digunakan
dalam keadaan vakum
- Waktu
pengeringan umumnya lama (10-60 jam)
b. Rotary dryer (pengeringan
berputar)
- Pengeringan
kontak langsung yang beroperasi secara kontinyu, terdiri atas cangkang silinder
yang berputar perlahan, biasanya dimiringkan beberapa derajat dari bidang
horizontal untuk membantu perpindahan umpan basah yang dimasukkan pada atas
ujung drum
- Bahan kering
dikeluarkan pada ujung bawah
- Waktu
pengeringan cepat (10-60 menit)
- Cocok untuk
bahan yang berbentuk padat dan butiran
c. Freeze dryer (pengeringan
beku)
- Cocok untuk
padatan yang sangat sensitif panas (bahan bioteknologis tertentu, bahan
farmasi,dan bahan pangan)
- Pengeringan
terjadi di bawah titik triple cairan dengan menyublin air beku menjadi uap,
yang kemudian dikeluarkan dari ruang pengering dengan pompa vakum mekanis
- Menghasilkan
produk bermutu tinggi dibandingkan dengan teknik dehidrasi lain.
d. Spray dryer (Pengering
semprot)
- Cocok untuk
bahan yang berbentuk larutan yang sangat kental serta berbentuk pasta (susu,
zat pewarna, dan bahan farmasi)
- Kapasitas
beberapa kg/jam hingga 50 ton per jam penguapan (20000 pengering semprot)
- Umpan yang
diatomisasi dalam bentuk percikan disentuhkan dengan udara panas yang dirancang
dengan baik
3. Pengeringan Gabungan
Pengeringan
gabungan adalah pengeringan dengan menggunakan energi sinar matahari dan bahan
bakar minyak yang menggunakan konveksi paksa (udara panas dikumpulkan dalam
kolektor kemudian dihembus ke komoditi). Latar belakang karena suhu lingkungan
hanya sekitar 33oC, sedangkan suhu pengeringan untuk komoditi
pertanian kebanyakan berkisar 60 – 70oC. Oleh karena itu perlu
ditingkatkan suhu lingkungan dengan cara mengumpulkan udara dalam satu kolektor
surya dan menghembuskannya ke komoditi (digunakan kipas angin).
4. Jenis Pengeringan Berdasarkan
Media Pemanas
Pengeringan
buatan/mekanis terdiri atas dua jenis berdasarkan media pemanas :
1. Pengeringan Adiabatik
Pengeringan dimana panas dibawa
ke alat pengering oleh udara panas, fungsi udara memberi panas dan membawa uap
air.
2. Pengeringan Isothermik
Bahan pangan berhubungan langsung
dengan lembaran/plat logam yang panas
2.3 Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pengeringan
Menurut Erlina
dan Tazi (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua golongan
yaitu :
1.
Faktor yang berhubungan
dengan udara pengering.
Yang termasuk
golongan ini adalah :
- suhu : semakin tinggi
suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat
- kecepatan aliran udara pengering
: semakin cepat udara maka pengeringan akan semakin cepat
- arah aliran udara :
semakin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan maka bahan semakin cepat
kering
- kelembaban udara : semakin lembab udara, proses pengeringan akan
semakin lambat
2.
Faktor yang berhubungan
dengan sifat bahan yang dikeringkan.
-
Ukuran bahan : semakin
kecil ukuran benda maka pengeringan akan semakin cepat
-
Kadar air awal : semakin
sedikit air yang dikandung maka
pengeringan akan semakin cepat
Sedangkan laju
pengeringan tetap bergantung pada luas permukaan pengeringan, perbedaan
kelembapanantara aliran udara pengeringan dengan permukaan basah, koefisien
pindah massa dan kecepatan aliran udara.
2.4 Bahan Yang Digunakan
2.4.1 Jagung
Biji jagung
merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan berat rata-rata
250-300 mg. biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar yang merupakan
hasil pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung diklasifikasikan
sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur embrio yang
sempurna. Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru untuk
pertumbuhan dan perkembangan menjadi tanaman jagung (Johnson, 1991).
Biji jagung
kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Karbohidrat
dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung
ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini
tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam
pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin
lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa. Untuk ukuran
yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah,
namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak (Tjitrosoepomo, 1991).
Untuk
mengetahui komposisi kimia pada bagian biji jagung dapat dilihat pada tabel
1(Inglett, 1987)
Tabel 1. Komposisi Kimia Pada
Bagian Biji Jagung Berdasarkan Bobot Kering.
|
Komponen
|
Biji Utuh
|
Endosperma
|
Lembaga
|
Kulit Ari
|
Tip Cap
|
|
Protein (%)
|
3,7
|
8,0
|
18,4
|
3,7
|
9,1
|
|
Lemak (%)
|
1,0
|
0,8
|
33,2
|
1,0
|
3,8
|
|
Serat kasar (%)
|
86,7
|
2,7
|
8,8
|
86,7
|
-
|
|
Abu (%)
|
0,8
|
0,3
|
10,15
|
0,8
|
1,6
|
|
Pati (%)
|
71,3
|
87,6
|
8,3
|
7,3
|
5,3
|
|
Gula (%)
|
0,34
|
0,62
|
10,8
|
0,34
|
1,6
|
(Inglett, 1987)
BAB 3 METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Karung
2. Baskom besar
3. Pengukur waktu
4. Timbangan
5. Drum dryer
6. Oven
3.1.2 Bahan
1. Jagung
3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Skema Kerja
a. Pengeringan drum dryer
b. Pengeringan oven
3.2.2 Fungsi Perlakuan
a. Pengeringan drum dryer
Pada praktikum pengeringan menggunakan alat drum dryer, bahan yang digunakan sebagai sampel adalah biji jagung pipilan. Perlakuan pertama yang dilakukan adalah
menimbang gas LPG awal untuk mengetahui berat awal LPG. LPG digunakan sebagai
pemanas pada mesin drum driyer. Bahan yang digunakan (biji jagung pipilan) juga
ditimbang untuk mengetahui massa bahan awal. Kemudian Drum dryer dinyalakan dengan
cara menghidupkan mesin diesel yang digunakan sebagai penggerak dari Drum
Dryer. Setelah perputaran mesin Drum Dryer konstan, bahan dimasukkan melalui
corong. Biji jagung pipilan yang berada di dalam Drum Driyer akan berputar dan
mendapatkan panas yang dihasilkan oleh gas LPG. Blower yang terdapat pada Drum
Diyer akan memisahkan kotoran yang masih terdapat dalam biji jagung pipilan,
proses ini menggunkan prinsip perbedaan massa dari biji jagung dan kotoran.
Setelah biji jagung keluar dari Drum Driyer, biji jagung dimasukkan kembali
melalui corong. Perlakuan ini berlangsung selama 15 menit. Setelah 15 menit
pertama, bahan diambil sebanyak 5 x 15 gram untuk mengetahui kadar
air pada bahan setelah dilakukan pengeringan selama 15 menit pertama pada alat
drum dryer. Setelah itu dilakukan
pengeringan pada alat drum dryer
selama 15 menit lagi dan
hitung berat akhir bahan setelah pengeringan dan hitung kadar airnya untuk mengetahui kadar air setelah dilakukan
pnegeringan 2 kali 15 menit pada alat drum dryer. Setelah selesai pengeringan dilakukan penimbangan terhadap LPG untuk
mengetahui berat akhir dari bahan bakar dan mengetahui banyaknya kebutuhan bahan bakar pada proses
pengeringan ini.
b. Pengeringan oven
Pada praktikum pengeringan menggunakan alat
oven ini, bahan yang digunakan
sebagai sampel adalah biji jagung pipilan. Pertama siapkan
bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan dalam praktikum. Stelah itu timbang bahan untuk mengetahui berat
awal dari bahan yang kita gunakan, lalu masukkan bahan pada oven agar terjadi
proses pengeringan , lalu setelah dilakukan pengovenan selama 15-20 menit ambil
sampel 5 x 15 gram untuk mengetahui kadar air bahan setelah dilakukan proses
pengeringan selama 15-20 menit pertama menggunakan oven. Selanjutnya dilakukan
pengeringan selama 15-20 kedua dan mengambil sampel 5 x 15 gram gram untuk
mengetahui kadar air bahan setelah dilakukan proses pengeringan selama 15-20
menit kedua yang merupakan akhir proses pengeringan dengan oven. Lalu timbang bahan untuk mengetahui berat akhir
dan untuk mengetaui pengukuran / pengurangan selama proses pengeringan dengan
oven.
BAB 4 HASIL PENGAMATAN DAN HASIL
PERHITUNGAN
Tabel 1. Hasil
Pengamatan
|
No
|
Variabel Pengamatan
|
Drum Dryer
|
Oven
|
Satuan
|
|
1.
|
Massa Bahan Awal
|
97,5
|
1,2
|
Kg
|
|
2.
|
Massa Bahan setelah Pengeringan
|
91
|
1,18
|
Kg
|
|
3.
|
Kadar air awal
|
23,56
|
23,01
|
%
|
|
4.
|
Kadar air 1
|
22,31
|
21,40
|
%
|
|
5.
|
Kadar air 2
|
21,05
|
19,11
|
%
|
|
6.
|
Berat Awal LPG
|
8
|
-
|
Kg
|
|
7.
|
Berat Akhir LPG
|
6,5
|
-
|
Kg
|
Tabel 2. Hasil
Perhitungan
|
No
|
Variabel Perhitungan
|
Drum Dryer
|
Oven
|
Satuan
|
|
1.
|
Massa yang hilang
|
4,05
|
-
|
Kg
|
|
2.
|
Selisih perubahan berat LPG
|
1,5
|
-
|
Kg
|
|
3.
|
Kalor yang dikeluarkan
|
17982,765
|
-
|
Kkal/kg
|
|
4.
|
Kecepatan pengeringan
|
81,67
|
2,6
|
g/m
|
|
5.
|
Jumlah air yang diuapkan
|
2,45
|
0,078
|
Kg
|
|
6.
|
Presentase Kandungan air yang hilang
|
2,51
|
6,5
|
%
|
BAB 5 PEMBAHASAN
Dari praktikum
pengeringan, praktikan diminta untuk menghitung kadar air setelah dilakukan proses
pengeringan menggunakan drum dryer dan oven serta membandingkan kinerjanya.
Bahan yang digunakan yaitu biji jagung pipilan. drum dryer menggunakan gas LPG
sebagai pemanas nya dan mesin diesel sebagai tenaganya sedangkan oven hanya
menggunakan tenaga listrik.
Pada
pengeringan menggunakan drum dryer, gas LPG yang digunakan memiliki berat awal
8 kg. Biji jagung pipilan yang dilakukan pengeringan memiliki berat awal
sebesar 97,5 kg dan kadar air sebesar 23,56 %. Setelah dilakukan pengeringan selama 15 menit pertama,
kadar air dalam jagung pipilan berkurang menjadi 22,31%. Perbedaan kadar air setelah
pengeringan pertama yaitu 1,25%. Pengeringan kedua dilakukan lagi selama 15
menit dan didapatkan kadar air dalam biji jagung pipilan sebesar 21,05 %. Perbedaan kadar air
pengeringan pertama dan pengeringan kedua yaitu 1,26 %. Berat gas LPG setelah
proses pengeringan yaitu 6,5 kg. Berat jagung pipilan setelah proses
pengeringan yaitu 91 kg. Dari data yang didapatkan tersebut terjadi massa yang
hilang (loss) pada bahan, massa yang hilang sebesar 4,05 kg. Massa yang hilang
pada proses pengeringan drum dryer tidak sepenuhnya dari bahan saja, air yang
menguap serta kotoran yang dibersihkan dengan blower termasuk ke dalam massa
yang hilang. Selisih perubahan
berat LPG sebesar 1,5 kg sehingga pada proses pengeringan selama 30
menit kalor yang dibutuhkan dapat dihitung, dan didapatkan hasil sebesar 17982,765 kkal/kg. Kecepatan
pengeringan menggunakan drum dryer cukup
sepat yaitu sebesar 81,67
gr/m. Jumlah air yang diuapkan pada proses pengeringan menggunakan drum dryer
sebanyak 2,45 kg
sehingga dapat dihitung presentase
kandungan air yang
hilang dan didapatkan hasil sebesar 2,51 %.
Pada
pengeringan menggunakan Oven, biji jagung pipilan yang dilakukan pengeringan
memiliki berat awal sebesar 1,2 kg dan kadar air sebesar 23,01 %. Setelah dilakukan pengeringan
selama 15 menit pertama, kadar air dalam jagung pipilan berkurang menjadi 21,40%. Perbedaan kadar air setelah
pengeringan pertama yaitu 1,61%. Pengeringan kedua dilakukan lagi selama 15
menit dan didapatkan kadar air dalam biji jagung pipilan sebesar 19,11 %. Perbedaan kadar air
pengeringan pertama dan pengeringan kedua yaitu 2,29 %. Berat jagung pipilan
setelah proses pengeringan yaitu 1,18 kg. Dari data yang didapatkan tersebut
terjadi massa yang berkurang, hal ini dikarenakan air pada bahan yang menguap.
Pada proses pengeringan menggunakan oven, kalor yang dibutuhkan tidak dihitung.
Kecepatan pengeringan menggunakan oven
yaitu sebesar 2,6 gr/m. Jumlah air yang diuapkan pada proses pengeringan
menggunakan Oven sebanyak 0,078 kg sehingga dapat dihitung presentase kandungan air yang hilang dan didapatkan
hasil sebesar 6,5 %.
Dari
data yang diperoleh menunjukkan bahwa kecepatan pengeringan dengan menggunakan
drum dryer lebih besar daripada kecepatan pengeringan menggunakan oven. Hal ini
sejalan dengan Supriyono (2003) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kecepatan
udara, makin banyak penghilangan uap air dari permukaan bahan sehinngga dapat
mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan bahan. Udara yang bergerak dan
mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat mengambil uap air juga akan
menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan pangan, sehingga akan
mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan memperlambat penghilangan air.
Apabila aliran udara disekitar tempat pengeringan berjalan dengan baik, proses
pengeringan akan semakin cepat, yaitu semakin mudah dan semakin cepat uap air
terbawa dan teruapkan. Proses pengeringan menggunakan drum dryer terjadi ketika
bahan dimasukkan ke dalam silinder yang berputar kemudian bersamaan dengan itu
aliran panas mengalir dan kontak dengan bahan. Didalam drum yang berputar terjadi
gerakan pengangkatan bahan dan menjatuhkannya dari atas ke bawah sehingga
kumpulan bahan basah yang menempel tersebut terpisah dan proses pengeringan
bisa berjalan lebih efektif.
Sedangkan
dalam persentase kandungan air yang hilang, menunjukkan bahwa dengan
menggunakan oven persentase kandungan air yang hilang lebih besar dari pada dengan menggunakan drum
dryer. Hal ini sejalan dengan Supriyono (2003) yang menyatakan bahwa semakin
besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan makin cepat
pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari
bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara
sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin
tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat. Penggunaan
oven dalam pengeringan membutuhkan suhu yang tinggi sehingga air yang menguap
cukup banyak.
Dalam
dunia industri khususnya pangan, penggunaan drum dryer lebih efisien karena dapat
mengeringkan bahan dalam skala besar, mengeringkan bahan baik lapisan luar
ataupun dalam, kecepatan pengeringan tinggi, serta menggunakan daya listrik
yang sedikit. Pengeringan menggunakan oven juga memiliki keunggulan yang tidak
dimiliki oleh drum dryer seperti membutuhkan sedikit biaya investasi, dapat
melindungi pangan dari serangan serangga / debu, kadar air yang berkurang besar
serta tidak terjadi loss produk (massa yang hilang).
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari praktikum yang kami lakukan
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengeringan merupakan proses penghilangan air dalam suatu bahan hasil pertanian dalam upaya untuk
menahahan laju pertumbuham mikroorganisme pada bahan hasil pertanian.
2. Dalam dunia industri khususnya pangan, penggunaan drum dryer
lebih efisien karena dapat mengeringkan bahan dalam skala besar, mengeringkan
bahan baik lapisan luar ataupun dalam, kecepatan pengeringan tinggi, serta menggunakan
daya listrik yang sedikit.
3. Pengeringan menggunakan oven juga memiliki keunggulan yang tidak
dimiliki oleh drum dryer seperti membutuhkan sedikit biaya investasi, dapat
melindungi pangan dari serangan serangga / debu, kadar air yang berkurang besar
serta tidak terjadi loss produk (massa yang hilang).
6.2 Saran
Sebaiknya
setelah praktikum dilaksanakan, masing-masing kelompok menjelaskan proses yang
telah dilakukan agar pada saat pembuatan laporan seluruh mahasiswa memahami
keseluruhan proses yang telah dilakukan walaupun berbeda kelompok.
Komentar
Posting Komentar